THE END OF “GLOBAL WAR” (By : Salman Fikri)

Desember 10, 2008 at 1:04 pm Tinggalkan komentar

palestinian_mujahid2Tujuh tahun sudah peristiwa Penyerangan terhadap gedung WTC dikota New York, Namun Peristiwa tersebut (11 September 2001) masih berdampak hingga kini atau mungkin hingga tahun selanjutnya. Pasalnya 9/11 menjadi dalih AS untuk melancarkan perang globalnya, dan sejak peristiwa itu “politik luar negeri AS” mengalami perubahan, tak lama setelah tragedi WTC, G.W. Bush meng-ultimatum dunia : either you are with us or with terorist?. Dengan ultimatum tersebut seolah “Sang Polisi Dunia” memulai Genderang Perang yang bush sendiri menyebutnya sebagai “Crusade” (Perang Salib). This Crusade, this war on terrorism, is going to take a along time(Perang salib ini, perang melawan terrorisme akan memakan waktu yang lama) (Bush, BBC, 16/sept/2001), korbanpun berjatuhan dan terus bertambah hingga kini, di irak saja lebih dari 650 ribu orang terbunuh. Laporan terkini dari Menteri Dalam Negeri Pakistan mengatakan paling sedikit 460 pejuang Islam dan 22 orang tentara telah tewas dalam pertempuran lebih dari seminggu di daerah suku terpencil yang berbatasan dengan Afghanistan. Kembali darah antara muslim mengalir dibalik kampanye “War on terrorism”.(syabab.com). jelas sekali apa yang telah dilakukan dengan kampanye “war on terorism” sesungguhnya adalah “war on Islam”. Kalau nama anda berbau ‘arab’ berbau Islam, siap saja menghadapi berbagai kesulitan di negara-negara Barat, mulai dari masuk Bandara hingga diskriminasi dalam pekerjaan. Tidak hanya itu, sebagian besar kelompok yang dimasukkan dalam terorisme adalah kelompok Islam. AS terus mempropagandakan Islam dengan Teroris Bahkan Sejak peristiwa 9/11, Hollywood gemar sekali membuat film yang bertema kekejaman teroris muslim terhadap warga Amerika di negara-negara muslim. Film terbaru yang berbau Propaganda adalah THE KINGDOM yang dibintangi Jamie Foxx. Apa sesungguhnya harapan AS dari “war on terorism” tersebut ?

War onTerorism = Upaya AS Mencegah Ideologi Islam
Presiden AS, George W. Bush berpidato, “America and our friends and allies join with all those who want peace and security in this word, and we stand together to win the war againts terrorism.” (Amerika berikut sahabat dan aliansi kami akan bergabung dengan semua pihak yang menginginkan perdamaian dan keamanan di dunia ini. Kita akan bersama-sama berdiri melawan dan memenangkan peperangan terhadap terorisme). Bagaimana mungkin “Penjahat Perang” Bilang “Perdamaian”, “Penebar Teror” Bilang “Keamanan”, apakah pembantaian jutaan kaum muslimin AS sebut “perdamaian”?,bukankah tindakan tersebut adalah “teror”? atas pernyataan Bush itulah AS mengajak Dunia khususnya Negeri Islam itu sendiri untuk sama sama menjadikan “teroris” sebagai Common Enemy (musuh bersama), melalui konspirasi penguasa penguasa boneka, kita bisa lihat bagaimana “Hosni Mobarak” enggan memberikan Izin kepada warganya (mesir) yang siap berjihad tatkala Lebanon diserang AS, Pemerintah Mesir memenjarakan lebih dari 15.000 orang aktivis Islam (2005). Hal yang sama terjadi di Pakistan, atas nama perang melawan terorisme dan radikalisme , Musharraf menyerbu Masjid Merah hampir seratus santri terbunuh, arab Saudi mempersilahkan pangkalan Militer bagi AS untuk menyerang Iraq, kuwait dan negeri Islam lainnya, lihatlah bagaimana Musaraf yang AS sebut sebagai “Pahlawan Pemberantas Teroris” setelah membantai muhahidin-mujahidin pakistan baru-baru ini. Namun yang patut dipertanyakan adalah, mengapa kaum Muslimin yang selalu jadi Korban ? bahkan dari 90% dari daftar Foreign Terorist Organization (FTO) yang mereka buat adalah orang dan kelompok Islam. Tentu saja War on terorism ini tidak Objectif, ada kepentingan Ideologi didalamnya, mari kita simak pernyataan penting Bush berikut ini :

“The militans believe that controling one country will rally the moslem masses, enebling them overthrow all moderate goverenments in the region, and establish a radical Islamic empire that Spain to Indonesia”
(orang-orang militan meyakini bahwa pengendalian suatu negeri akan mengerahkan masa-masa muslim, memungkinkan mereka menggulingkan pemerintahan moderat di wilayahnya dan mendirikan imperium Islam yang radikal (baca:khilafah) dari spanyol hingga indonesia)
(President AS George W.Bush, 2005)
Pernyataan Bush ini semakin memperjelas arah dari “war on terorism”, karena ini untuk pertama kalinya (tahun 2005) Bush menyebutkan kata Islam dibalik Perang Globalnya melawan terorisme, biasanya kata Islam sangat dihindari Bush. Namun Bush tentu saja sangat sadar tidak mungkin menyerang Islam semuanya, namun yang harus dilakukannya adalah Politik Belah Bambu, yaitu mengkategorisasikan Islam dengan dua kelompok : Yaitu “Kelompok moderat” dan “Kelompok Islam Radikal/Fundamentalis”, dengan pernyataan Islam yang ditambah dengan kata Radical berarti AS ingin menjadikan Islam Radikal tersebut menjadi “Musuh Bersama” dunia atau bahkan mengadu-dombakan dengan “kelompok moderat Islam” lainnya, maka tidak aneh kelompok Islam seperti MMI, HTI, FPI dll. dalam media disebut “Radical / Hardliner / Fasis / Militan dsb. Pencitra burukan dalam Media Ini adalah Bagian dari Politik Belah Bambu AS. Walhasil, banyak sekali kaum muslimin yang terjebak dalam politik busuk ini sehingga menjadi “Phobia” terhadap kelompok Islam yang selalu berteriak-teriak Syariah dan menentang segala kebijakan AS. Tentu saja “politik belah bambu” tersebut hanyalah “teknis” penjajahan, intinya target penjajahan mereka adalah ISLAM, ini terbukti dari tindakan dan ucapan mereka. Samuel P Huntington mengatakan : “musuh barat bukan fundamentalisme Islam, tetapi Islam itu sendiri” (The Clash of Civilization : 1996).
Dalam kacamata Ideologis, jelaslah Islam atau kelompok yang selalu menentang AS dan kebijakannyalah yang akan menjadi ancaman yang nyata. Ajaran Islam yang sejati seperti syariah Islam, jihad, Khilafah menjadi sasaran penghancuran perang pemikiran (ideologi) ini. Berbagai isu miring seputar Syariah yang mereka katakan sistem yang tidak “compatible” dengan masyarakat Modern, tidak manusiawi, sistem kuno. Jihad yang mereka kaitkan dengan terorist, Khilafah yang mereka sebut mengancam Pluralitas dll adalah upaya kampanye mereka menyerang Islam.
Wakil menteri pertahanan urusan intelijen Letnan Jenderal William Boykin pernah berujar “the U.S. battle with Islamic terrorists as a clash with the devil (bahwa perang melawan teroris Islam sama dengan perang melawan setan) .”(VOA,22 oktober 2003) Blair sekutu dekat Bush juga lebih jelas lagi dengan menyebut empat ciri ideologi setan para teroris: anti Israel; anti nilai-nilai Barat; ingin menerapkan syariah Islam, dan mempersatukan umat Islam dengan Khilafah (BBCNews, 16/7/2005).
Pada tahun 2004 Penasihat Keamanan Nasional AS saat itu , Condoleezza Rice juga mengatakan: “Kemenangan sebenarnya tidak akan muncul hanya karena teroris dikalahkan dengan kekerasan, tetapi karena ideologi kematian dan kebencian dikalahkan.” Senada dengan itu tahun 2007 sebuah laporan dari RAND institute menyatakan: “Perjuangan yang terjadi di hampir semua Negara Muslim pada esensinya adalah sebuah perang ide. Hasil peperangan ini akan menentukan masa depan Dunia Islam.” Dari Ucapan dan Tindakan mereka, jelas sekali bahwa inti dari War on Terorism ini adalah Perang melawan Ideologi Islam.
“War on terorism” di Indonesia
Indonesia tentu saja bagian dari masyarakat dunia yang tidak akan lepas dari Hubungan Internasionalnya termasuk dengan AS, kita bisa melihat bagaimana Penguasa Indonesia yang selalu patuh atas instruksi AS menunjukan bahwa ada konspirasi Ideologis demi kepentingan AS, Indonesia negeri yang kaya akan sumber daya Alam tentu saja membuat AS “ngiler”, Ambisi AS merampok kekayaan Indonesia begitu besar. namun sayang, karena Indonesia adalah negeri mayoritas Muslim terbesar, AS harus banting tulang untuk mencegah bangkitnya Ideologi Islam dengan berbagai cara walau harus mengeluarkan Miliaran Dolar untuk kampanye Busuk ini.
Pasca tragedi 9/11 Indonesia pun merasakan atmosfer Politik yang berbeda, Septermber 2001 salah satu LSM Amerika yakni “Foreign Policy Infocus” dalam wabsite nya melaporkan : Indonesian president Megawati Soekarno Putri met this week with President Bush, one of first heads states to visit the.U.S since the terorist on september” dalam kunjungan tersebut Megawati diberikan imbalan ….$130 milion in bilateral assistence for fiscal 2002 (mostly for judical reform) ….. $10 milion for Police Training .. dana 10 juta dolar tersebut adalah cikal bakal dibentuknya densus 88 tahun 2002 yang memang khusus menangani teroris di Indonesia. Munarman (mantan ketua YLBHI) dalam presentasinya yang bertema “DENSUS 88 dan Perang Global” memaparkan ringkasan Struktur Organisasi dari DENSUS 88 yang beliau dapat dari KAPOLDA sebagai berikut :

Komandan Densus bertugas memenej Struktur internal yang mamantau kinerja Sub dalam menjalankan Agendanya, Subden intel bertugas mencari data-data yang berkaitan dengan teroris (baca:kelompok Islam), Tim kontra Intelejen bertugas membelokan isu supaya tidak mendapatkan perlawanan dari Isu Islam terkait Isu Terorisme, Subden Penindak bertugas sebagai pengeksekusi dilapangan seperti penangkapan dan penembakan Orang-orang yang dituduh teroris dan Tim Penetrasi bertugas untuk memata-matai Struktur Internal yang dianggap terorist (baca : kelompok Islam). Dan uang 10 juta dolar yang diterima dalam kunjungan megawati ke AS tahun 2001 (setelah menandatangani MoU International Terorist) dianggarkan untuk “Police Training” (cikal-bakal Densus 88), yang dilatih 9 Orang yakni masing-masing 3 orang sebagai Subden Penindak, Kontra Intelejen dan Tim Penetrasi.
Kita bisa melihat bagaimana kronologi peristiwa bom Bali Oktober 2002, Fredberg seorang Penerjemah Megawati jauh sebelum jadi Presiden, ketika 2 minggu sebelum bom bali meledak, Fredberg membawa 3 orang agen CIA dan meminta Presiden Megawati untuk menangkap ust.Abu Bakar Baasyir bahkan meminta untuk dibawa ke AS untuk di-guantanamo-kan, “kalau Abu B.Basyir tidak ditangkap maka tunggu!! akan terjadi sesuatu di Indonesia dan resiko tanggung sendiri!!” kata agen CIA tersebut, tapi Presiden Megawati menolak, tentu saja penolakannya bukan karena pro terhadap Islam tapi takut mendapatkan perlawanan dari kelompok-kelompok Islam, lagi pula Mega tidak mempunyai alasan untuk menangkapnya. Dua minggu kemudian Bom Bali meledak. Kita patut mencurigai, ada apa dibalik sandiwara semua ini?? Itulah gong awal “war on terorism” di Indonesia yang terus berlanjut hingga sekarang, Densus 88 pun mulai bekerja hingga saat ini dan seterusnya.
Isu terorisme di Indonesia sudah menjadi agenda Isu Tahunan, karena anggaran Biaya yang dipaparakan dalam situs whitehouse.gov sampai tahun 2013, salah satu rinciannya dipaparkan : “support operation in Global war on Teror by providing an aditional Suplemental Fund $93.4 billion for 2007 and 141.7 billion for 2008.., maka bagaimanapun kondisi perpolitikan terjadi, para intelejen (termasuk Densus 88) akan berusaha mengumandangkan isu-isu terorisme, Ketika umat Islam lengah disaat sepi isu teroris, dibuatlah rekayasa kasus (meski harus mengorbankan tumbal nyawa manusia sekalipun) supaya menciptakan imej bahwa di Indonesia teroris masih bergentayangan, setelah itu baru mereka mempunyai dalih untuk menindak orang-orang / kelompok Islam serta menyebarkan Isu yang mengaitkan terorist dengan Jamaah Islamiyah (JI).
Kasus penangkapan orang-orang yang dinyatakan teroris pada 1 Juli lalu di Palembang menjadi bukti, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba warga Palembang dikejutkan oleh penangkapan tersebut, menurut angggota Komisi I DPR Ali Mochtar ngabalin, Densus 88 seolah-olah mencari-cari pelaku teroris yang sebetulnya tidak ada, apalagi diwilayah Palembang, sebab saya dapat kabar bahwa periode Oktober-Desember 2008 nanti rencananya ada kucuran dana dari AS untuk Polri untuk penanganan teroris. Jadi harus ditunjukan dulu bahwa teroris itu bisa ditangkap. (Suara Islam edisi 48-juli 2008).
Kesimpulan
Kita mengetahui bahwa AS adalah Negara Adidaya Ideologis, negara Ini dibangun atas dasar Ideologi Kapitalisme, maka tentu saja politik Luar negeri nya pun akan seiring-sejalan dengan Ideologi yang diembannya (kapitalis), Secara mendasar dan global, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dalam Mafâhîm Siyasî li Hizb at-Tahrîr (Konsep-konsep Politik Hizbut Tahrir), menyebutkan bahwa inti politik luar negeri negara-negara kapitalis adalah penjajahan/imperialisme. Negara-negara kapitalis seperti AS, menurutnya, akan selalu menyebarluaskan ideologinya—kapitalisme— ke seluruh dunia dengan metode yang tetap, yaitu penjajahan. Penjajahan ini dilakukan dengan berbagai bentuk : penjajahan Politik, Ekonomi, Budaya, militer dll. Dan metode penjajahan ini tidak akan pernah berubah, yang berubah hanyalah Aplikasi dan Strateginya, “War on Terorism” hanyalah bagian Strategi AS untuk menjalankan metode penjajahan tadi, bisa saja War on terorism itu berakhir dan diganti dengan strategi yang lain apabila menemukan jalan buntu.
Kampanye ini ternyata banyak mendapatkan perlawanan sehingga AS harus pandai-pandai bersilat lidah, ada beberapa hal petanda war on terorism akan berakhir pertama, Kronologi Peristiwa 9/11 yang terdapat banyak sekali kejanggalan-kejanggalan sehingga menimbulkan pertanyaan besar dari semua pihak (tapi AS mengabaikannya), Kedua, Pelecehan atas hukum Internasional atas kampanye ini (Amnesty International menyatakan : perang melawan terorisme yang dicanangkan Amerika Serikat merupakan pelecehan terhadap hukum internasional), Ketiga, AS justru pelanggar HAM dan Demokrasi nomor wahid atas kampanye ini (Laporan Human Rights Center for the Assitance of Prisoners tahun 2005), Keempat, tidak ada bukti sama sekali terorist yang berkaitan dengan Jamaah Islamiyah (ini justru diungkapkan oleh Kapolri Jendran Sutanto juli lalu). Melihat fakta tersebut, laporan terkini dari RAND Corporation, salah satu lembaga think-tank AS yang memberikan jasa informasi pada Pentagon dalam hasil studinya menyimpulkan bahwa AS harus menghentikan”perang melawan teror” nya dan mengubah strateginya dalam melawan terorisme (baca:Islam), dari strategi yang mengandalkan kekuatan militer menjadi strategi yang lebih mengandalkan kebijakan dan kerja-kerja intelejen. Namun, bagi umat Islam kegagalan makar-makar kafir ini adalah signal dimana kemenangan Islam semakin dekat sebagaimana Rasul dan para sahabat tatkala berdakwah di Makkah, kaum kafir Quraisy yang banyak mengalami kegagalan mulai dari Penyiksaan, propaganda hingga pemboikotan terhadap Rasul dan para sahabat justru semakin mendekatkan kepada kemenangan umat Islam dan berhasil Mendirikan Daulah Islamiyah yang mulia. Inilah mungkin dasar National Intelegence Council’s (NIC) yang memprediksikan akan berdirinya Khilafah Islamiyah pada tahun 2020. Allah SWT berfirman (yang artinya) : Mereka berkata : “Kapan itu (akan terjadi)”? Katakanlah : “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu Dekat” (TQS. al-Isra’ [17] :51). Allahu akbar!!! Wallahu a’lam…

Entry filed under: POLITIK.

KISAH SEEKOR ULAT DENGAN NABI DAUD A.S MENGAKHIRI KRISIS MIGAS

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


JUNDULLAH 1924

mujahid
batang

Kategori

Desember 2008
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  

Titian Wahyu :

titian-wahyu-4

Blog Stats

  • 21.311 hits

RSS INFO DARI HTI

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

PENDAPAT ANDA

BENDERA ISLAM (ar-Rayya)

arroya-berkibar-2
naruto-arroya2
naruto-arroya-61
naruto-arroya-5
nar-pin1
con-pin1a
pin-last-samurai-arroya
sas-pin3a